Full Story Cerita Horor KAMPUNG SETAN!!! | Teori Sains



         " KAMPUNG SETAN "


Perkenalkan namaku Mega dan Suamiku Angga, kami adalah pasangan suami istri yang dikaruniai seorang putri kecil bernama Shela.


Karena kami tergolong masih baru dalam menjalin rumah tangga, jadi masih belum berpengalaman dalam mengurus bayi. Oleh karena itu sering kali kami mengunjungi rumah orang tua kami, selain untuk berkunjung kami juga bermksud belajar tentang tata cara merawat anak dengan benar.



Jarak rumahku ke rumah orang tuaku sebenarnya tidak terlalu jauh, kami hanya membutuhkan waktu 2 jam berkendara, tapi karena kondisi jalan yang sangat rusak membuat kami biasanya menghabiskan waktu hingga 3 jam untuk sampai tepat di depan rumah beliau.

Baca juga : Tradisi Pernikahan Hantu Di China

Jalan menuju rumah orang tuaku sangat sepi sekali, karena selain memang itu adalah jalan alternatif antar kota, jalan tersebut juga membelah hutan. Jadi tidak heran jika sudah dari dulu area jalan tersebut memang terkenal angker.

Baca Juga : Misteri Boneka Licca Chan Berkaki Tiga

Pagi itu, aku dan suamiku hendak mengunjungi Ibuku karena bayiku akhir akhir ini setiap malam selalu menangis tanpa sebab, aku sudah konsultasikan masalah ini ke bidan hingga rumah sakit, namun jawabannya pun sama, mereka hanya bilang bahwa bayiku baik baik saja. 


Sebagai seorang ibu tentu saja aku memiliki perasaan tersendiri tentang kondisi bayiku, perasaanku sangat tidak tenang ditambah tiap malam aku mencium aroma bunga melati di sekitar kamarku, aku juga kerap melihat burung Gagak yang akhir akhir ini juga sering sekali berputar putar di atas rumahku.

Baca juga : Misteri Pendaki Gunung Sibayak Yang Tersesat Dikampung Bunian

 Tentu saja hal hal semacam itu yang membuat aku memutuskan untuk membicarakan ini semua kepada orang tuaku.

Karena selain ini pengalaman pertamaku sebagai seorang ibu, aku juga bermaksud ingin bertanya banyak hal kepada orang tuaku, mungkin saja banyak yang belum aku mengerty dalam hal mengurus bayi.


Akhirnya kamipun berangkat menuju rumah orang tuaku dengan menggunakan motor. Sepanjang perjalanan,

 waktu kuhabiskan dengan memeluk bayiku, karena saat itu sejak pagi hari cuaca sudah mendung dengan sedikit gerimis.  

 Dan sekitar pukul 11 siang akhirnya kamipun sampai di rumah orang tuaku.


Setelah melakukan banyak obrolan, akhirnya orang tuaku menyimpulkan bahwa bayiku mengalami sawan. Dan akupun saat itu tentu saja langsung di berikan banyak nasihat seputar sawan dan tips tips bagaimana cara mengatasinya.


 Karena aku sebelumnya memang belum faham akan hal itu, akhirnya saat itu aku hanya bisa diam dan mendengarkan semua arahan dari orang tuaku.


Singkat cerita, hujan yang sejak siang tadi mengguyur kota ini akhirnya reda,

Akupun saat itu langsung bersiap untuk pulang ke rumah, waktu itu sekitar pukul 8 malam.


" Jadi pulang nduk " kata orang tuaku,


" Iya bu, besuk mas Angga kerja pagi, kalau pulang besuk pagi Takut gak nutut " jawabku,


" Biar Angga berangkat kerja dari sini saja, besuk pulang kerja biar kamu di jemput disini kan bisa, Sekarang sudah Malam lo, jalannya licin, sepi, bahaya, berkabut lagi. Kasian bayimu nanti kedinginan, perasaan Ibu tiba tiba gak enak  " ucap orang tuaku,


" Kasian mas Angga bu, nanti bolak balik, gpp kok ini sudah kuselimuti dobel dan nanti kita mau langsung pakai jas hujan biar hangat " jawabku.


Akhirnya kamipun pulang malam itu juga,


Sepanjang perjalanan memang sangat sepi sekali, aku hanya sesekali bertemu dengan kendaraan lain, ditambah kabut saat itu memang sangat tebal, jadi meskipun kami bepapasan dengan kendaraan lain, kami tidak bisa melihatnya dengan jelas. Oleh karena itu suamiku memacu motor nya dengan sangat pelan pelan sekali.


Setelah melewati desa terakhir penerangan pinggir jalan sudah tidak tersedia lagi, waktu itu lampu penerangan dari pemerintah masih belum ada, sumber lampu jalan hanya dari depan rumah rumah warga, jadi jika sudah melalui desa terakhir, otomatis jalanan akan semakin gelap dan sepi.


Saat itu kami hanya mengandalkan Lampu sorot dari motor kami, hal itu membuat kami harus kembali lebih berhati hati lagi.


Malam itu suamiku sempat berhenti untuk menunggu kendaraan lain lewat, berharap nanti kita bisa membuntuti dari belakang agar dapat bantuan pencahayaan. Tetapi setelah beberapa lama berhenti dan tidak kunjung menjumpai kendaraan lain, akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan.


Hingga akhirnya kami memasuki area hutan perbatasan kota,. 

Masuk area hutan ini, ditandai dengan turunan tajam yang di penuhi pohon bambu di bagian kanan kiri jalan. Saat itu kami sangat hati hati karena disini tergolong area jalan yang tingkat kerusakannya paling parah, itu bisa terlihat dari lubang jalan dimana mana dan masih ada air mengalir dari selokan samping jalan yang meluber hingga ke jalan.


Setelah melalui turunan tajam, jalanan pun kini lurus dengan masih banyaknya lubang yang tidak terlihat karena tertutup air. Hal itu membuat kami terus berjalan dengan sangat berhati hati.


Saat itu aku terkejut karena aku sempat melihat sosok nenek tua yang duduk di pinggir jalan sambil melambaikan tangan seolah melarang kami untuk melanjutkan perjalanan.


Tapi aku hanya diam dan memilih memejamkan mata sambil kembali memeluk pinggang suamiku.


Setelah sekitar 1 jam perjalanan, hujan kembali turun perlahan, kabut di jalan semakin tebal dan saat itu aku mulai khawatir dengan keadaan anakku.


Saat itu aku masuk kedalam jas ujan sambil memandangi wajah anakku yang tertidur pulas.


" Yah ini masih jauh ? " Tanyaku.


" Aku gak yakin ma, ini aku gak bisa ngelihat kanan kiri, kabutnya tebel banget, tapi Insyallah 30 menit lagi kita ketemu desa, itu tadi perasaan aku sudah lewati jembatan perbatasan " jawabnya.


Setelah hujan turun, aku memang masuk kedalam jas hujan, itu membuat aku tidak bisa lagi melihat keadaan di luar, aku hanya di dalam jas hujan sambil sesekali terkejut karena motor kami masuk ke dalam lubang kecil di tengah jalan.


Ketika di dalam jas hujan, tiba tiba aku merasakan seperti ada yang memelukku dari belakang dengan perlahan, tentu saja hal itu membuat aku sangat terkejut dan berteriak hingga suamikupun ikut kaget.


" Kenapa ma, kaget aku " tanya suamiku


" Gpp, tadi seperti ada yang memelukku dari belakang, aku takut " jawabku sambil mulai gemetar ketakutan.


Saat itu suamiku lagi lagi kembali menenangkanku agar aku tidak semakin gugup.


Setelah beberapa saat, 

tiba tiba motor yang kami tumpangi seperti menabrak sesuatu hingga aku dan suamiku jatuh ke jalan.


Saat itu aku sangat terkejut dan langsung melihat kondisi anakku yang seketika menangis karena terkejut.


" Ada apa yah " tanyaku,


" Gak tau ma, tiba tiba aku seperti menabrak tembok, aku juga kaget kok ini, gimana kondisi anak kita " jawabnya,


" Gpp aku cuma jatuh ringan, aku langsung peluk dia, jadi cuma punggungku yang memar " terangku.


Saat itu kami sangat kebingungan karena tidak ada siapapun di jalan ini, hanya kabut dan jalanan yang sepi kok bisa mendadak jatuh ya,,,fiirku.


Dengan perasaan yang masih kebingungan dan syok, kamipun melanjutkan perjalanan kembali.


Dan tidak lama setelah itu, aku kembali melihat ada beberapa sosok perempuan berbaju putih yang berjejer jejer di pinggir jalan, kali ini aku tidak bisa melihat wajahnya terlalu jelas karena terhalang kabut. Tapi kupastikan mereka adalah sosok kuntilanak, hal itu dapat kulihat dari pakaian mereka yang compang camping dengan rambutnya yang panjang tidak beraturan.


Saat itu aku langsung ketakutan dan ingin mengatakannya kepada suamiku. Namun ketika aku hendak menyampaikannya, tiba tiba motor kami mati, hal itu membuat aku mengurungkan niatku dan aku memilih diam agar suasana tidak semakin menakutkan.


Ketika motor kami mati, suamiku langsung turun dan mencoba berkali kali menghidupkannya namun gagal.


" Ada apalagi yah " tanyaku,


" Gak tau ma, mungkin karburatornya kemasukan air " jawabnya,


" Terus gimana ini " tanyaku bingung,


" Ya mau bagaimana lagi, Kita dorong pelan pelan sambil nunggu ada kendaraan lain lewat, nanti kita minta bantuan, " jawabnya,


" Aku takut yah " keluhku,


" Terus mau gimana lagi, gpp,, udah deket kok, nanti kalau capek naik aja biar aku yang dorong " jawabnya,


" Ini gelap sekali yah , aku gak kelihatan jalan sama sekali lho, mana gerimis lagi " jawabku,


" Pelan pelan aja, aku yakin pasti ada orang lewat kok, depan itu sudah desa deh kayaknya " ucap suamiku menenangkan.


Saat itu keadaan benar benar sangat gelap dan sepi, di tambah sesekali anakku menangis karena tidak bisa tidur dengan tenang, hal itulah yang membuat perasaanku benar benar sangat tidak karuan.


Bahkan ketika suamiku mendorong motor, aku seperti di awasi oleh banyak makhluk halus, aku bisa merasakannya saat aku menoleh kearah kanan, kiri, dan belakangku.

Saat itu, aku seolah berada di tengah tengah keramaian.Hal itu coba tetap kutahan dengan terus berjalan berharap akan bertemu bantuan.


Dan benar,

 setelah beberapa saat akhirnya kami melihat sekumpulan cahaya seperti lampu lampu rumah yang padat penduduk.

 

Kamipun sangat lega dan segera mempercepat langkah kami agar segera sampai di sumber cahaya tersebut.


Dan akhirnya dugaan kamipun tepat, 

saat itu kami sampai di pintu masuk sebuah kampung kecil, Namun ternyata semua tidak seperti yang kami bayangkan, saat itu, kampung yang kami temui sangat asing sekali.


" Yah ini desa apa " tanyaku,


" Gak tau aku ma, aku juga gak pernah lihat kampung ini, bentuk rumahnya kok masih dari bambu ya. Nanti tak tanya ke salah satu warga deh, siapa tau ada yang bisa benerin motor ini " jawab suamiku.


Kampung ini memang berbeda, semua rumahnya terbuat dari bambu lengkap dengan obor yang masih menyala di tiap halamannya.


 Masih teringat jelas di benakku, saat itu aku tidak melihat satupun lampu listrik di kampung tersebut, penduduknya juga aneh, mereka tidak ada yang menggunakan baju, badannya kurus kurus dengan hanya menggunakan celana kain. Jumlah rumahnya sekitar 30 lebih, berjejer rapi di sebelah kanan kiri jalan.

 

Saat itu suamiku sempat menghampiri beberapa penduduk untuk sekedar bertanya, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang mau menjawab Teguran suamiku.


Mereka hanya diam sambil berlalu lalang di samping jalan, ada yang bersih bersih, ada yang duduk diam memandangi kami, ada juga yang memikul sesuatu sambil berjalan wara wiri.


Kami pun mulai saat itu sudah merasa ada yang aneh dengan tempat itu, jadi kami putuskan untuk terus melangkah dan tidak berhenti.

Dan setelah beberapa lama berjalan, akhirnya kami sampai di ujung kampung tersebut.


Setelah keluar dari tempat tersebut, suasana sudah berubah, jalanan sudah kelihatan, kabut sudah menghilang dan hujan pun sudah reda. Tetapi saat itu wajah suamiku tiba tiba berubah menjadi tegang.


" Kita tadi melewati kampung jin kan yah " ucapku sambil tersenyum,

 karena saat itu aku yakin, itu adalah kampung jin, karena selama aku menikah dengan mas Angga, setiap pulang ke rumah Ibuku aku tidak pernah melihat kampung seperti itu.

 

 Dan tidak mungkin ada kampung yang masih kuno kayak gitu disini, karena setahuku sepanjang jalan ini memang hutan dan terkenal angker.


" Iya ma itu tadi sepertinya perkampungan jin " jawabnya,


" Alhamdulillah, kita sudah melewatinya, tapi kenapa wajahmu kok tetap tegang begitu " tanyaku,


" Kita masih belum selesai ma, aku gak pernah lihat jalan ini. Kita ini sepertinya sudah tersesat di dunia lain " jawabnya,


Saat itu tiba tiba anakku menangis histeris, dan akupun langsung kebingungan. Aku berkali kali menenangkannya tetapi dia tetap saja tidak mau berhenti menangis.


Akhirnya,

Karena aku sudah lelah berjalan, akupun memutuskan untuk beristirahat di pinggir jalan tersebut.


Dan tidak lama aku beristirahat,

 tiba tiba aku melihat sosok pocong yang berdiri tidak jauh dari tempat kami istirahat. Pocong tersebut tepat di samping pohon pinus sambil melotot memandangi kami.


Sontak aku langsung berteriak sekuat tenaga, 


"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" 


Kamipun langsung bergegas meninggalkan tempat tersebut sambil tertatih tatih karena harus sambil mendorong motor.


Saat itu aku sudah menangis ketakutan sepanjang jalan, dan setelah beberapa saat, karena tubuhku semakin lelah, aku bermaksud mengajak suamiku untuk kembali beristirahat.


Dan ketika aku menoleh kebelakang aku sangat terkejut ,

Saat itu aku melihat ada sesosok kuntilanak yang duduk tepat diatas motor yang didorong oleh suamiku.


Saat itu aku kembali berteriak dan langsung berlari sekuat tenaga, suamikupun menyusulku dan kali ini motornya sudah ditinggal dan tidak dipedulikan lagi.


Kamipun akhirnya kelelahan, dan memutuskan untuk beristirahat di pinggir jalan dan berencana melanjutkan perjalanan besuk pagi.


Malam itu aku menangis di pundak suamiku seolah memang sudah tidak ada harapan lagi untuk bisa kembali pulang kerumah.


Dan setelah beberapa lama,

 tiba tiba kami dihampiri oleh anak kecil perempuan, dia tiba tiba menarik tanganku dan tangan suamiku.


" Ayo pulang, jangan disini  " ucapnya.


Karena saat itu kami sudah tidak ada harapan lagi, akhirnya aku dan suamiku hanya menuruti ajakan anak perempuan tersebut, dengan harapan anak kecil tersebut akan membantu kami keluar dari tempat ini.


Kamipun mengikutinya melalui jalan setapak hingga sampai di jembatan kecil menyeberangi sungai.


" Gantian ya, ibu dulu baru ayah " ucap bocah tersebut.


Saat itu aku pelan pelan menyebrangi jembatan bambu yang memang sudah sangat rapuh dan licin, setelah sampai di seberang jembatan, aku tiba tiba tidak bisa melihat apapun, semuanya gelap gulita beberapa saat.


Dan setelah aku seperti membuka mata, tiba tiba aku berada di rumput pinggir sungai dengan keadaan yang cidera seperti baru tersadar setelah mengalami kecelakaan berat.


Saat itu aku langsung melihat di sekitar dan aku melihat bayiku dalam keadaan terjepit velg motor dengan tubuh yang sudah berlumuran darah, waktu itu aku juga melihat suamiku pingsan tidak jauh dari motornya.


Aku langsung berteriak minta tolong, karena entah kenapa saat itu seluruh tubuhku juga tidak bisa di gerakan sama sekali.


Dan singkat cerita,

aku di temukan oleh pedagang sayur keliling sekitar pukul 6 pagi. Dan kami di evakuasi warga sekitar dan diantar sampai rumah  sekitar pukul 9 pagi.


Suamiku sadar saat kami sudah sampai di rumah, dan siang hari itu, warga kampung sudah berkumpul untuk mengurus jenazah anakku,


Saat itu aku kehilangan anakku karena kami mengalami kecelakaan tunggal yang tidak jauh dari jembatan perbatasan.


Dugaan warga, kami kecelakan Karena pandangan terbatas yang akhirnya membawa kami terperosok ke dalam jurang yang lumayan dalam, padahal saat itu, kami tidak merasa mengalami kecelakaan sedikitpun.


Saat itu aku dan suamiku dianggap tidak waras karena syok kehilangan anakku, dan setelah 40 hari kepergian anakku, ada tokoh spiritual desa yang membela kami dan telah membenarkan semua kesaksian kami.


Menurutnya, 

kami sebelumnya menabrak anak jin penunggu jalur tersebut, hingga akhirnya kami di bawa masuk ke Alam Ghaib,Tetapi untungnya saat itu kami di selamatkan oleh arwah anak kami.


Untuk kecelakaan masuk jurang itu memang benar adanya,

tetapi saat itu sudah bukan kami yang menguasai badan kami.


Kurang lebih begitulah penjelasaan dari ahli spiritual tersebut yang membuat kami saat itu semakin terpukul.


Dan puncaknya, 

hampir 1 tahun lebih aku dan suamiku larut dalam kesedihan karena ditinggal anak pertama kami. 


Dan kini, setiap aku melewati jalanan tersebut aku selalu mengingat kenangan pahit itu, aku juga sempat beberapa kali melihat sosok anak kecil yang sedang bermain main di bawah pohon tepat di tempat kami ditemukan saat itu.


Sekarang jalur tersebut sudah ramai dilewati kendaraan. Meski jalanan masih banyak yang rusak, kini lampu penerangan sudah mulai berjejer di setiap sudut jalan. 

Ditambah dengan berdirinya beberapa warung hingga rumah rumah yang mulai memadati jalan tersebut, membuat jalanan itu perlahan mulai jauh dari kata menyeramkan.


Bagiku jalur ini memiliki sejuta kenangan, selain ini adalah jalurku setiap aku pulang kerumah orang tuaku, di jalur ini aku juga kehilangan putri pertamaku.


Sampai sekarang aku sudah tidak mau lagi melewati jalur ini pada malam hari, karena rasa trauma tersebut masih menyelimutiku hingga kini.


Dalam video di youtube,

 Kami mencoba menyampaikan apa yang sudah di jelaskan oleh tokoh Mas Angga kepada kami,

Apa yang beliau lihat dan beliau rasakan dalam kejadian saat itu, semua sudah dibagi kepada kami.


Dalam tulisan ini, penulis memang menceritakan dari sudut pandang Bu Mega, karena saat itu memang narasumber utama kami adalah bu Mega.


 Kenapa bukan mas Angga ?,

Karena selain beliau sensitif jika diajak mengingat kembali tentang kejadian ini, mas Angga dan bu Mega ini ternyata sudah bercerai dan sudah memiliki keluarga masing msing. Jadi sangat  berpotensi menimbulkan konflik  jika ada sedikit saja kesalahan dalam menyampaikan cerita ini.


Karena menurut mas Angga, mungkin bu Mega juga akan kaget jika mendengarkan penuturan mas Angga, karena selain musibah ini terjadi sudah sangat lama, kematian putri mereka juga menjadi salah satu pemicu perceraian diantara mereka.


 Untuk itu, kami sangat berhati hati dalam menggali informasi cerita ini agar tidak ada kesalahpahaman antara kedua belak pihak.


Ternyata dari sudut pandang mas Angga,  memiliki beberapa bagian yang memang tidak dilihat oleh bu Mega. 

Ketika diawal menabrak sesuatu hingga akhirnya di tolong oleh sosok anak kecil untuk diajak balik ke kampung setan tersebut. karena saat itu mas Angga takut jika bu Mega ketakutan jadi beliau memilih diam dan tidak mengatakan apa yang dilihatnya sepanjang perjalanan.


Untuk sedikit pembahasan dari sudut mas Angga sudah tersedia di youtube lakon story ( kampung Setan ).


Terimakasih teman teman semoga cerita ini menemani hari hari kalian.


Sumber-lakon story

0 Response to "Full Story Cerita Horor KAMPUNG SETAN!!! | Teori Sains"

Post a Comment