Di kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT, ada sebuah danau yang bernama Rana Mese. Dalam bahasa setempat, Rana Mese berarti danau yang luas.
Danau yang berada di Desa Golo Loni, Kecamatan Borong ini memang cukup besar, luasnya mencapai 11,5 hektar.
Ada sebuah cerita rakyat yang cukup menarik tentang bagaimana danau Rana Mese ini tercipta, yaitu tentang pertempuran antara dua bangsa darat (makhluk halus/jin).
Baca juga : Misteri pesawat yang hilang 37 tahun lalu kembali lagi
Yang unik dari pertempuran itu, bangsa darat yang memenangkan pertempuran tersebut dibantu oleh seorang manusia.
Request dari salah satu member.
Alkisah, di kampung Teber (Manggarai Timur) hiduplah sepasang suami istri bernama Kae Anu dan Ngkiong Molas Liho. Mereka tinggal dalam sebuah rumah yang merupakan warisan dari orang tua Kae Anu. Rumah tersebut sudah sangat tua dan banyak sekali tiang dan papan yang sudah lapuk termakan usia.
Baca juga :
Suatu hari, berkatalah Kae Anu kepada istrinya,
”Enu… Rumah ini sudah sangat tidak layak lagi untuk dihuni, alangkah lebih baik kalau kita membuat rumah yang baru lagi.”
“Tetapi membuat rumah itu sangat sulit dan membutuhkan waktu yang sangat lama, suamiku. Lebih baik kita tinggal di pondok saja, kamu bahkan tidak mempunyai keahlian dalam membuat rumah.” ujar sang istri.
“Ah, kamu tenang saja. Meskipun aku tidak memiliki keahlian dalam membuat rumah tetapi aku akan tetap berusaha mencobanya.”
Akhirnya Kae Anu memutuskan untuk mencari pohon untuk dijadikan balok di hutan. kae Anu pergi ke sebuah hutan yang di dalamnya banyak sekali terdapat pohon Pinis (sekarang hutan tersebut telah menjadi sebuah kampung yang bernama kampung Pinis). Di sana Kae Anu mulai menebang kayu dan membuatnya menjadi balok.
Pada suatu siang ketika Kae Anu sedang menebang pohon, dia melihat seekor munggis (sejenis tikus hutan) berlari ke arahnya dan bersembunyi di bawah ranting - ranting pohon yang sudah dipotongnya. Tidak lama setelah itu dia melihat lagi beberapa ekor musang datang dan mengendus - endus seolah-olah sedang mencari sesuatu, namun Kae Anu tidak mempedulikanya dan terus menebang pohon tersebut.
Ketika sedang asyik menebang pohon, dia tersentak ketika ada empat orang yang secara tiba-tiba datang berlari ke arahnya. Orang - orang itu sama sekali tidak ia kenal.
“Maaf Tuan, apakah anda melihat ada Motang (Babi Hutan) yang baru saja lewat disini?” Kae Anu tidak menjawab namun dia hanya menggeleng - gelengkan kepala.
“Tetapi Tuan, lihatlah! Anjing - anjing kami mengendus - endus disekitar sini. Pasti motangnya juga berada disekitar tempat ini.”
Baca juga : Misteri pendaki Gunung sibayak yang tersesat di kampung bunian
Ketika mereka menyebut kata anjing dan menunjuk kearah beberapa ekor musang tersebut, tersadarlah Kae anu bahwa tenyata orang-orang yang berada dihadapannya bukanlah manusia seperti dirinya tetapi mereka adalah darat (Mahluk Halus) dan musang-musang itu adalah anjing-anjing mereka. Ia pun menjadi sedikit takut.
“Tuan, aku tidak melihat babi hutan yang lewat disini tetapi aku hanya melihat tikus kecil ini.” kata Kae Anu sambil memungut tikus yang bersembunyi dibalik ranting - ranting pohon lalu memukulnya dengan sebilah kayu. Darat tersebut sangat terperanjat dan berteriak kegirangan.
“Ya ampun, Tuan. Ini adalah babi hutan yang kami cari - cari dari tadi!” kata mereka sambil bersorak kegirangan.
Keempatnya lalu mengangkat Motang tersebut tapi diturunkan kembali karena merasa keberatan. Kae Anu terheran - heran, tikus kecil seperti ini tidak bisa mereka angkat. Dia kemudian memungut dan menyodorkan kepada keempatnya. Mereka membelalakan mata dan tercengang.
“Ya ampun… Kuat benar tuan ini, hanya dengan satu tangan dia bisa mengangkat babi hutan yang sangat besar ini.” kata mereka seakan-akan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.
“Apakah tuan memiliki kekuatan gaib?” tanya mereka kepada Kae Anu.
Kemudian Kae Anu menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya kepada mereka dan apa tujuan dia datang ke hutan itu. Keempat darat tersebut berbalik menjadi sangat takut dan hendak melarikan diri namun dicegah oleh Kae Anu.
“Tenanglah tuan sekalian, aku tidak akan mencelakai kalian. Aku akan menolong untuk membawakan babi hutan ini ke kampung kalian.” ujarnya kepada mereka. Keempat mahluk halus itu pun akhirnya menyetujui tawaran dari Kae Anu.
Ternyata kampung mereka adalah sebuah danau kecil bernama Rana Nekes, dan rumah yang mereka tempati hanyalah sepotong helung (buluh/sejenis bambu kecil) yang mengapung di atas danau. Disana banyak sekali helung yang mengapung dan semuanya adalah rumah para warga mahluk halus Rana Nekes.
Disana sudah menunggu tetua adat serta segenap warga kampung yang sedang berkumpul dan mereka menyambut Kae Anu dengan senang hati.
Baca juga : Misteri Asal Usul Lagu Nina Bobo
Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan ketua adat para mahluk halus tersebut, Kae Anu mengetahui bahwa dalam rumah adat tesebut ada pertemuan para warga. Mereka berencana untuk berperang melawan kampung tetangga yaitu Rana Hembok yang ingin menguasai wilayah mereka.
“Bantulah kami tuan, kami tidak ingin warga kampung ini menjadi budak-budak dari warga Rana Hembok.” pinta Ketua Adat tersebut kepada kae Anu.
”Tolong selamatkan kami tuan.”
“Baiklah… Aku akan ikut berperang melawan mereka.” kata Kae anu.
Hari menjelang sore, Kae Anu memohon pamit kepada para mahluk halus untuk kembali pulang ke rumahnya yaitu di Teber. Mereka memberikan Kae Anu daging tikus yang bagi mereka adalah babi hutan namun ditolak olehnya.
Akhirnya sebagai balas jasa, mereka membawa balok-balok milik kae Anu ke Teber. Anehnya balok besar yang menurut Kae Anu sangatlah berat, tetapi bagi mereka itu sangatlah ringan bahkan masing - masing dari mereka membawa sepuluh balok di bahunya.
Hari berganti hari dan tibalah saatnya bagi Kae Anu untuk ikut berperang melawan Rana Hembok. Kae anu menyiapkan peralatan perang seperti Nggiling (tameng), tombak dan parang yang sudah diasah sehingga sangat tajam. Setelah perlengkapan perang sudah disiapkan, berangkatah Kae Anu ke Rana Nekes.
Ketika Kae Anu tiba di Rana Nekes, semua darat Rana Nekes melompat kegirangan. Kae Anu menyuruh mereka berkumpul. Tetapi darat - darat tersebut sangat heran tatkala melihat Kae Anu tidak membawa perlengkapan perang seperti yang mereka punya.
Baca juga : Misteri Asal Usul Lagu Lingsir Wengi
“Dimana peralatan perangmu tuan?” tanya salah seorang dari mereka.
“Ini tuan.” jawab Kae Anu.
”Pokoknya kalian tenang saja.”
Kae anu sendiri sangat heran karena darat - darat tersebut tak satupun yang membawa parang atau tombak tetapi ditangan mereka masing - masing menggenggam belut dan ikan.
“Tunggu dulu!” seru Kae Anu.
“Biasanya kalau berperang, kaum darat menggunakan apa sebagai alat perangnya?” tanya Kae Anu Kepada Mereka.
“Tombak dan Parang.” jawab mereka serempak sambil menunjukan belut dan ikan.
Mendengar hal tersebut mengertilah Kae Anu bahwa belut dan ikan bagi para mahluk halus adalah tombak dan parang.
Kemudian berkatalah Kae Anu kepada mereka,
“Biar aku saja yang berperang melawan mereka dan kalian sendiri harus pergi menjauh dari tempat ini.”
“Tetapi, Tuan. Jumlah mereka sangat banyak dan peralatan perang mereka juga sangat banyak.” kata mereka.
“Tenanglah… Kita pasti menang.” kata Kae Anu.
“Segera bunyikan gong dan gendang serta menjauhlah dari sini.” sambungnya.
Ketika gong dan gendang mulai dibunyikan, serempak pasukan Rana Hembok melemparkan belut dan ikan kearah Kae Anu. Dengan mudah Kae Anu memotong-motong belut dan ikan yang mereka lempar dan mengumpulkannya menjadi satu tumpukan besar.
Setelah ikan dan belut yang mereka lempar habis, darat Rana Nekes bersorak kegirangan karena mereka telah menang perang tanpa ada satu pun diantara mereka yang mati. Sesuai kesepakatanya maka Rana Hembok harus tunduk kepada Rana Nekes dan pada hari itu juga air dari Rana hembok berpindah ke Rana Nekes dan menjadi sebuah danau yang sangat besar dan luas.
“Karena wilayah kalian sudah semakin luas dan besar maka akan aku namakan kampung kalian Rana Mese.” kata kae Anu kepada mereka.
Mereka semua sangat senang dan setuju dengan nama yang diberikan oleh kae Anu kepada kampung mereka sehingga sampai sekarang danau tersebut dikenal dengan nama danau Rana Mese.
“Kami tidak dapat membalas budi baik tuan.” kata raja Rana Mese kepada Kae Anu.
“Akan tetapi izinkan kami membantu tuan untuk membangun kampung tuan menjadi lebih luas seperti kerajaan kami sekarang ini.”
Baca juga : Misteri Ka'bah yang Mencengangkan Dunia
Kae Anu menyetujui tawaran dari Raja Rana Mese. Kemudian Raja Rana Mese memerintahkan semua rakyatnya untuk pergi ke Teber dan membangun compang serta menyusun pagar menggunakan batu-batuan dari wae laku dan wae leras.
Pagar batu tersebut sudah hampir selesai dibuat dalam tempo satu malam ketika anjing piaraan Kae Anu datang dari kebun dan menyalak serta menggonggong kepada para mahluk halus tersebut. Karena takut dengan anjing, para mahluk halus tersebut berlari kembali ke Rana Hembok.
Sampai sekarang pagar dari batu serta compang yang dibangun oleh darat tersebut masih ada di pelataran rumah gendang desa compang Teber, Manggarai Timur.
0 Response to "Misteri Danau Ranamese Manggarai Timur dan Pertempuran antara Dua kerajaan Jin | Teori Sains"
Post a Comment