Teori Kebenaran Filsafat | Teori Sains

 

A.    Defini Kebenaran

Kata “kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkrit maupun abstrak.Menurut Purwadarminta kebenaran mengandung beberapa arti, yakni     

1.keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya); misal kebenaran ini masih saya sangsikan; kita harus berani membela kebenaran dan keadilan.

2.sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul-betul demikian halnya dan sebagainya); misal kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh agama. 

3. Kejujuran; kelurusan hati; misal tidak ada seorang pun sangsi akan kebenaran dan kebaikan hatimu. 

4. Selalu izin; perkenanan; misal,dengan kebenaran yang dipertuan. 5. Jalan kebetulan; misal, penjahat itu dapat dibekuk dengan cara kebenaran saja.Kebenaran itu sendiri dapat diperoleh melalui pengetahuan indrawi , pengetahuan akal budi, pengetahuan intuitif, dan pengetahuan keperayaan atau pengetahuan otoritatif. Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar menurut orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau kriteria kebenaran. Kriteria kebenaran itu dapat diperoleh dengan cara melalui berfikir. Karena  berfikirlah yang dapat dijadikan alat untuk mendapatkan penngetahuan. Ataupun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kebenaran adalah kesesuaian dengan fakta atau yang sebenarnya; pernyataan yang terbukti atau diterima sebagai benar; kenyataan atau keadaan yang sebenarnya yang  juga dapat diartikan bahwa kebenaran diatas bersifat absolut padahal dalam suatu ilmu pengetahuan atau sains kebenaran itu juga dapat bersifat nisbi/relatif, sementara/tentatif dan hanya merupakan pendekatan.

Teori Kebenaran Filsafat

 

Kebenaran tidak lepas dari kualitas, sifat atau karakteristik ; hubungan dan nilai. Kualitas dalam hal ini dapat diartikan dengan pengetahuan biasa dan  pengetahuan ilmiah. . Pertama, pengetahuan biasa yang disebut common sense knowledge.pengetahuan ini memiliki kebenaran yang bersifat subjektif, karena terkait pada subjek yang telah dikenal. . Kedua, pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang lebih tangguh sifat kebenarannya karena diperkuat dengan data empiris dan logika.Sekali lagi dalam hal ini pengetahuan  bersifat relatif karena pasti berkembang dan akan selalu diperbaiki oleh penemuan baru atau pemikiran baru yang bersifat teoritis sekalipun. Nilai kebenaran tergantung pada hubungan antara subjek dan objek, dapat diartikan bahwa jika subjek lebih banyak ber peran maka nilai kebenarannya bersifat subjektif, dan jika objek lebih banyak berperan maka nilai kebenarannya bersifat objektif.Pengetahuan yang bersifat objektif kebenarannya lebih dapat dijamin karena objek yang dillihat tidak berhubungan dengan subjek pengamatnya.

B.     Jenis-jenis dan Sifat Kebenaran

Menurut A.M.W. Pranaka ada 3 jenis kebenaran yaitu :

1.   Kebenaran Epistemologikal

Kebenaran Epistemologikal adalah pengertian kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia. kadang-kadang disebut dengan istilah veritas cognotionis ataupun veritas logica.

2.   Kebenaran Ontologikal adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun yang diadakan. Sifat dasar ini ada dalam objek pengetahuan. Apabila dihubungkan dengan kebenaran epistemological kadang-kadang disebut juga kebenaran sebagai sifat dasar yang ada dalam pengetahuan objek itu sendiri.

3.   Kebenaran Semantikal adalah kebenaran yang terdapat serta melekat didalam tutur kata dan tata bahasa. Kebenaran semantikal disebut juga kebenaran moral (veritas moralis)

 BACA JUGA : Struktur Sistem Komputer

 

Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu Fak. Filsafat UGM Yogyakarta (1996) sifat-sifat kebenaran dibedakan menjadi 3, yakni sebagai berikut:

1.   Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya, setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui suatu objek dilihat dari jenis pengetahuan yang dibangun. Maksudnya apakah pengetahuan itu berupa:

a.         Pengetahuan biasa atau biasa disebut dengan knowledge of the man in the street atau ordinary knowledge atau common sense knowledge. Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal.

b.         Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapakan atau hampiran metodologis yang khas pula, artinya metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan diantara para ahli yang sejenis. Kebeneran yang terkandung dalam pengetahuan ilmiah bersifat relative, maksudnya kandungan kebenaran dari jenis pengetahuan ilmiah selalu mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh hasil penemuan yang paling mutakhir.

c.         Pengetahuan filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafati, yang sifatnya mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis, kristis, dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung dalam pengetahuan filsafati adalah absolut-intersubjektif.

d.        Kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki sifat dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan.

2.        Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau alat apakah seseorang membangun pengetahuannya. Apakah ia membangun dengan penginderaan atau sense experience, atau dengan akal piker atau rasio, intiusi, atau keyakinan.

3.        Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan. Artinya, bagaimana relasi atau hubungan antara subjek dan objek, manakah yang dominan untuk membangun pengetahuan, subjekkah tau objek. Jika subjek yang berperan maka jenis pengetahuan itu mengandung nilai kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya nilai kebenaran dari pengetahuan yang dikandungnya amat tergantung pada subjek yang memiliki pengetahuan itu. Atau jika objek amat berperan maka sifatnya obejktif, seperti pengetahuan tentang alam atau ilmu-ilmu alam.

 

B.     Teori-teori Kebenaran

Dalam perkembangan pemikiran filsafat perbincangan tentang kebenaran sudah dimulai sejak Plato yang kemudian diteruskan oleh Aristoteles. Plato melalui metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal. Sejak itulah teori pengetahuan berkembang terus untuk mendapatkan penyempurnaan sampai kini.

 Secara tradisional teori-teori kebenaran itu antara lain sebagai berikut:

1.    Teori kebenaran saling berhubungan

Teori koherensi dibangun oleh para pemikir rasionalis seperti Leibniz, Spinoza, Hegel,dan Bradley. Menurut Kattsof (1986) dalam bukunya Elements of Philosophy teori korehensi dijelaskan “…suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lai yang benar atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita”.

Baca Juga: Pengertian Media Transmmisi Dan Jenis-Jenisnya

     Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa suatu proposisi itu benar bila mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang telah ada atau benar, atau proposisi itu mempunyai hubungan dengan proposisi yang terdahulu yang benar.Pembuktian teori kebenaran koherensi dapat melalui fakta sejarah atau memakai logika apabila merupakan pernyataan yang bersifat logis.

2.    Teori kebenaran saling bersesuaian

Sejak zaman Aristoteles teori kebenaran kesesuaian atau korespondensi sudah diperbincangkan. Oleh karena itu kadang  teori ini disebut dengan teori Aristotelian. Teori kebenaran korespodensi adalah teori kebenaran yang paling awal dan paling tua.Teori tersebut berangkat dari teori pengetahuan Aristoteles yang menyatakan segala sesuatu yang diketahui adalah suatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek.

Teori ini berpandangan bahwa suatu proposisi bernilai benar apabila saling berkesesuaian dengan dunia kenyataan.Kebenaran demikian dapat dibuktikan secara langsung pada dunia kenyataan.Suatu pernyataan dianggap benar jika apa yang dinyatakan berhubungan atau mempunyai keterkaitan dengan realitas yang ada. Benar atau salah dalam hal ini merupakan persoalan sesuai tidaknya persoalan dengan kenyataan, atau sesuai tidaknya objek dan subjek yang dibicarakan.Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya.

3.      Teori Kebenaran Inherensi

Kadang-kadang teori ini disebut juga teori pragmatis.Pandangannya adalah suatu proposisi bernilai benar apabila mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan atau bermanfaat.

Kattsoff (1986) menguraikan tentang teori kebenaran pragmatis ini adalah penganut pragmatisme meletakan ukuran kebenaran dalam salah satu macam konsekuensi.Atau proposisi itu dapat membantu untuk mengadakan penyesuaian yang memuaskan terhadap pengalaman, pernyataan itu adalah benar.

4.         Teori Kebenaran Berdasarkan Arti

Proposisi itu ditinjau dari segi arti atau maknanya.Apakah Proposisi yang merupakan pangkal tumpunya itu mempunyai referen yang jelas.Oleh sebab itu, teori ini mempunyai tugas untuk menguakkan kesahan dari proposisi dalam referensinya.

5.      Teori Kebenaran Sintaksis

Para penganut teori kebenaran sintaksis, berpangkal tolak pada keteraturan sintaksis atau gramatika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekatnya.Dengan demikian suatu pernyataan memiliki nilai benar apabila proposisi itu tidak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang diisyaratkan maka proposisi tidak mempunyai arti.

 

 

6.      Teori kebenaran Nondeskripsi

Teori kebenaran nondeskripsi dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu statement atau pernyataan akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung pada peran dan fungsi dari pernyataan itu. Jadi, pengetahuan akan memiliki nilai benar sejauh pernyataan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari.Teori ini menunjukkan bahwa setiap pernyataan dianggap mempunyai peran khusus dan harus menggambarkan kedudukan pernyataan tersebut dalam hubungannya dengan fungsinya dalam sehari-hari. Teori ini juga menonjolkan nilai positif yaitu meneliti “benar” atau “ salah” dalam konteks fungsinya dan bukan sekedar maknanya. Teori ini sangat berhubungan erat dengan teori pragmatism, yaitu sebagai pengendali teori tersebut.

7.      Teori Kebenaran Logika yang Berlebihan

Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistic yang diawali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini, problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini mengakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama yang masing-masing saling melingkupinya.

Banyak sekali para ahli yang berpendapat mengenai teori-teori kebenaran. Dalam makalah ini akan dijelaskan teori kebenaran ilmiah menurut Michael Williams. Menurutnya ada lima teori kebenaran, yaitu:

a.       Kebenaran Korespondensi

Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi actual.Dengan demikian kebenaran ini mencoba untuk membuktikan kemanunggalan antara subjek dan objek.Teori korespondensi menggunakan logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berfikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke-umum.Korespondensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang ksesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan objek yang dikenai pernyataan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa sifat salah atau benar dalam teori korespondensi disimpulkan dalam dalam proses pengujian (verifikasi) untuk menentukan sesuai atau tidaknya suatu pernyataan dengan kenyataan yang sebenarnya.Teori korespondensi berpegang pada apa yang terdapat dalam kenyataan objek itu sendiri, bukan pada sesuatu yang terdapat di luarnya, dan tidak tergantung pada manusia ataupun kemanusiaan. Kebenaran yang sesungguhnya dapat tercapai manakala kebenaran tersebut bersifat independen, tidak tergantung, atau terlepas dari pemikiran, dan manusia tidak dapat mengubahnya bila pun telah memahami atau mengalaminya.Teori kebenaran ini dipandang sebagai teori kebenaran yang paling umum dan diketahui banyak orang tanpa terlalu memikirkan aspek-aspek dibalik ungkapan kebenaran tersebut. Selama ini memang apa yang dianggap benar adalah semua yang dapat dilihat kenyataannya. Jadi kelemahan dari teori ini adalah segala sesuatu yang tidak tampak dan tidak ada faktanya maka tidak dianggap benar.

Baca Juga : Pesawat Pan Am 914 menghilang 37 tahun lalu kembali lagi

b.      Kebenaran Koherensi

Teori kebenaran ini biasa disebut juga dengan teori konsistensi.Pengertian dari teori kebenaran koherensi ini adalah teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dianggap benar apabila bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan yang sebelumnya yang dianggap benar.Teori koherensi menggunakan logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berfikir dengan bertolak dari hal-hal umum ke hal-hal khusus.Memang teori ini tidak terlalu umum digunakan dalam masyarakat umum, tidak seperti halnya teori kesesuaian/ korespondensi, karena untuk menyatakan teori koherensi ini diperlukan pemikiran yang jauh kedepan bukan dari sekedar melihat fakta dengan pancaindra. Teori ini sangat berguna bagi perkembangan sains , karena bila dilihat lebih jauh perkembangan sains selalu mengacu pada koherensi ini. Dan dilihat lagi topik sains zaman sekarang bukan lagi alam yang dapat dilihat jelas dengan panca indera tapi apa dan bagaimana alam itu.

 

 

 

c.       Kebenaran Pragmatis

Pragmatisme merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang berfungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang dan waktu tertentu.Perintis teori ini adalah Charles S.Pierce yang dikembangkan lebih lanjut oleh William James dan John Dewey.Menurut James yang benar adalah yang konkrit, yang individual, dan yang spesifik.Sementara menurut Dewey kebenaran Pragmatis itu kebenaran yang mempunyai kegunaan praktis.Teori ini tidak dapat menjelaskan ilmu pengetahuan karena teori ini bersifat sangat subjektif karena setiap orang sangat mungkin memiliki perbedaaan sudut pandang mengenai sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Padahal, ilmu pengetahuan harus bersifat universal dan dapat diterima oleh semua orang secara objektif.

d.      Kebenaran Performatif

Menurut teori ini, suatu pernyataan kebenaran bukanlah kualitas atau sifat sesuatu, tetapi sebuah tindakan (Performatif).Untuk menyatakan sesuatu itu benar, maka cukup melakukan tindakan konsesi (setuju/menerima/membenarkan) terhadap gagasan yang telah dinyatakan.Teori ini dianut oleh filsuf Frank Ramsey, John Austin dan Peter Strawson.Mereka menolak preposisi bear yang menyatakan sesuatu yang dianggap benar. Bagi mereka pernyataan benar jika pernyataan tersebut dapat menciptakan realitas.

Teori kebenaran semacam ini erat kaitannya dengan kebenaran kesesuaian menurut Aristoteles juga , karena apa yang dinyatakan sebagai benar pada momen tersebut menjadi sesuai dengan kenyataan.

Para filsuf ini hendak menentang teori klasik bahwa “benar” dan “salah” adalah ungkapan yang hanya menyatukan sesuatu. Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar jika ia menciptakan realitas. Jadi, pernyataan yang benar bukanlah pernyataan yang mengungkapkan realitas, tetapi dengan pernyataan itu tercipta realitas sebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan itu.Dalam teori ini pula dikatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu.

e.       Kebenaran Proposisi

Menurut Aristoteles, proposisi (pernyataan) dikatakan benar apabila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Menurut teori ini, suatu pernyataan disebut benar apabila sesuai dengan persyaratan materilnya suatu proposisi, bukan pada syarat formal proposisi.Proposisi adalah kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak dapat sekaligus keduanya.Kebenaran atau kesalahan pada suatu kalimat disebut nilai kebenarannya (truth value).

C.     Cara Penemuan Kebenaran

Cara untuk menemukan kebenaran berbeda-beda. Cara-cara untuk menemukan kebenaran sebagaimana diuraikan oleh Hartono Kasmadi,dkk., (1990) sebagai berikut:

1.    Penemuan Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan adalah penemuan yang berlangsung tanpa disengaja. Dalam sejarah manusia, penemuan secara kebetulan itu banyak juga yang berguna walaupun terjadinya dengan cara yang tidak ilmiah, tidak disengaja dan tanpa rencana. Cara ini tidak dapat diterima dalam metode keilmuwan untuk menggali pengetahuan atau ilmu.

2.    Penemuan Coba dan Ralat

Penemuan Coba dan Ralat terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak berhasil kebenaran yang dicari. Memang ada aktivitas mencari kebenaran, tetapi aktivitas itu mengandung unsur spekulatif atau untung-untungan. Penemuan dengan cara ini kerap kali memerlukan waktu yang lama, karena memang tanpa rencana, tidak terarah, dan tidak diketahui tujuannya. Cara coba dan ralat ini pun tidak dapat diterima sebagai cara ilmiah dalam usaha untuk mengungkapkan kebenaran.

3.    Penemuan Melalui Otoritas atau Kewibawaan

Pendapat orang-orang yang memiliki kewibawaan, misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering diterima sebagai kebenaran meskipun pendapat itu tidak didasarkan pada pembuktian ilmiah.Pendapat itu tidak berarti tidak ada gunanya.Pendapat itu tetap berguna, terutama dalam merangsang usaha penemuan baru bagi orang-orang yang menyangsikannya.Namun adakalanya pendapat itu ternyata tidak dapat dibuktikan kebenarannya.Dengan demikian pendapat pemegang otoritas itu bukanlah pendapat yang berasal dari penelitian, melainkan hanya berdasarkan pemikiran yang diwarnai oleh subjektivitas.

4.    Penemuan secara Spekulatif

Cara ini mirip dengan cara coba dan ralat. Akan tetapi, perbedaanya dengan coba dan ralat memang ada. Seseorang yang menghadapi suatu masalah yang harus dipecahkan pada penemuan secara spekulatif, mungkin sekali ia membuat sejumlah alternative pemecahan. Kemudian ia mungkin memilih satu alternative pemecahan, sekalipun ia tidak yakin benar mengenai keberhasilannya.

5.    Penemuan Kebenaran Lewat Cara Berpikir Kritis dan Rasional

Telah banyak kebenaran yang dicapai oleh manusia sebagai hasil upayanya menggunakan kemampuan berfikirnya. Dalam menghadapi masalah, manusia berusaha menganalisisnya berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki untuk sampai pada tingkat permulaan dalam memecahkan masalah adalah dengan cara berfikir analistis dan cara berfikir sintetis.

6.    Penemuan Kebenaran melalui Penelitian Ilmiah

Cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah yang dilakukan melalui penelitian.Penelitian adalah penyaluran hasrat ingin tahu pada manusia dalam tarf keilmuwan.Penyaluran sampai pada taraf setinggi ini disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah.Pada setiap penelitian ilmiah memiliki ciri-ciri umum.Penelitian ilmiah juga harus diverifikasi oleh semua peneliti yang relevan. Prosedur penelitian harus terbuka untuk diperiksa oleh ilmuwan yang lain. Oleh karena itu, penelitian ilmiah itu harus dapat dikomunikasikan.

KETERKAITAN ANTARA FILSAFAT ILMU DAN KEBENARAN

Dari berbagai uraian yang telah dikemukakan, dapat kita pahami bahwa filsafat berkembang demikian luas sejak zaman Yunani Kuno hingga zaman modern ini.Pada intinya setiap orang yang berfilsafat berupaya untuk menemukan kebenaran yang hakiki, Untuk menemukan kebenaran ternyata sangat relatif sekali, yaitu tergantung kapasitas ilmu yang dimiliki oleh orang itu. Adapun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat, bahwa keduanya menggunakan berpikir relektif dalam upaya menghadapi/memahami fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal ini, baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berpikiran terbuka serta sangat konsern pada kebenaran, di samping perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisasi dan sistematis.. Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu. Oleh karena itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadidisiplin yang tersendiri dan otonom dilihat dari objek kajian dan telaannya dalam memperoleh kebenaran yang bermakna, dan makna vang benar setiap individu harus menggunakan cara memperoleh kebenaran dengan menggunakan empat alur pemikiran filsafati, yaitu alur rasional (thinking empiris (sensing), intuisi (feeling), dan otoriter atau kepercayaan (belie- ving). Oleh karena itu kebenaran yang diperoleh manusia relatif, tergantung cara memperoleh kebenaran yang dipakai, sedang kebenaran yang berasal dari Tuhan bersifat hakiki. Sejarah ilmu telah mencatat betapa banyak kebenaran ilmiah di.masa lalu yang sekarang ini tidak dapat diterima lagi, karena manusia telah menemukan kebenaran lain yang ternyata lebih dapat diandal kan. Sifat pragmatis inilah yang sebenarnya merupakan kelebihan dan sekaligus kekurangan ilmu.Sikap pragmatis dari ilmu cocok dengan perkembangan peradaban manusia, telah terbukti secara nyata peranan ilmu dalam membangun peradaban tersebut.Ilmu terlepas dari berbagai kekurangannya dapat memberikan jawaban yang positif terhadap permasalahan yang dihadapi manusia pada suatu waktu tertentu.Dalam hal ini, maka penilaian terhadap ilmu tidaklah terletak pada kesahihan teori nya sepanjang zaman, tetapi terletak dalam jawaban yang diberikannya terhadap permasalahan manusia dalam tahap peradaban tertentu.Yaitu, fakta yang tidak dapat dimungkiri bahwa dalam abad ke-21 ini kita meng- gunakan berbagai macam teknologi yang supercanggih.Ini mengindika- sikan betapa telah berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai wujud berkembangnya budaya dan peradaban manusia.Walaupun demikian, kekurangan ini bukan merupakan alasan untuk menolak eksistensi ilmu dalam kehidupan kita.Kekurangan dan kele- bihan ilmu harus digunakan sebagai pedoman untuk meletakkan ilmu ke dalam tempat yang sewajarnya, sebab hanya dengan sifat itulah kita dapat memanfaatkan kegunaannya semaksimal mungkin bagi kemasla hatan manusia.Menolak kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi dengan picis berarti kita menutup mata terhadap kemajuan masa kini, yang ditandai oleh kenyataan bahwa semua aspek kehidupan modern dipengaruhi oleh produk ilmu dan teknologi.Sebaliknya, dengan jalan mendewakan kita pun gagal untuk mendapatkan pengertian mengenai hakikat ilmu yang sesungguhnya. 

A.    KESIMPULAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kebenaran adalah kesesuaian dengan fakta atau yang sebenarnya; pernyataan yang terbukti atau diterima sebagai benar; kenyataan atau keadaan yang sebenarnya yang  juga dapat diartikan bahwa kebenaran diatas bersifat absolut padahal dalam suatu ilmu pengetahuan atau sains kebenaran itu juga dapat bersifat nisbi/relatif, sementara/tentatif dan hanya merupakan pendekatan.

Kebenaran itu sendiri dapat diperoleh melalui pengetahuan indrawi , pengetahuan akal budi, pengetahuan intuitif, dan pengetahuan keperayaan atau pengetahuan otoritatif.Menurut A.M.W. Pranaka ada 3 jenis kebenaran yaitu :

1.      Kebenaran Epistemologikal

2.      Kebenaran Ontologikal

3.      Kebenaran Semantikal

Secara tradisional teori-teori kebenaran itu antara lain sebagai berikut:

1.         Teori kebenaran korespondensi

2.         Teori kebenaran koherensi

3.         Teori kebenaran Inherensi

4.         Teori kebenaran pragmatif

5.         Teori kebenaran performatif

6.         Teori kebenaran proposisi


0 Response to "Teori Kebenaran Filsafat | Teori Sains"

Post a Comment